Gohonzon berarti pusaka pemujaan untuk mencapai ke-Buddha-an. Dalam bahasa Jepang, objek pemujaan disebut Honzon (objek yang sangat dihormati). Go adalah awalan penghormatan. Niciren Daisyonin mendefinisikan Dharma tertinggi yang menembus kehidupan dan alam semesta raya sebagai Nam-myoho-renge-kyo dan mewujudkannya dalam bentuk mandala yang dilengkapi secara sempurna dengan Kesepuluh Dunia.
Dibagian tengah Gohonzon tertulis “Namu myoho renge kyo, Nichiren” yang menunjukkan kemanunggalan manusia dan dharma (Ninpo ikka).
Sepuluh dunia yang tertera pada gohonzon adalah sebagai berikut:
- Dunia buddha diwakili oleh buddha Sakyamuni dan Tathagata Prabhutaratna
- Dunia keboddhisatvaan: Visishtakaritra, ananthakaritra, visudhakaritra, dan supratishtitakaritra
- Dunia pratekyabuddha: boddhisatva manjusri, boddhisatva bhaisajyaraja, boddhisatva samantabadra dan boddhisatva maitreya
- Dunia Sravaka: Sariputra dan mahakasyapa
- Dunia surga: dewa mahabrahma, sakra devanam indera, dewa matahari, dewa bulan, dewa bintang dan raja iblis surga keenam
- Dunia kemanusiaan: raka cakravarti dan raja ajatasatru
- Dunia asura: raja asura
- Dunia kebinatangan: Raja Naga
- Dunia kelaparan: Hariti dan Dasaraksasi
- Dunia neraka: Devadatta
Keempat sudut gohonzon terdapat tulisan yang agak besar, yaitu Vaisravana, Dhritarastra, Virudhaka dan Virupaksa. Keempatnya adalah empat raja langit yang melambangkan fungsi menjaga dunia, memusnahkan kejahatan dan meningkatkan semangat untuk mencapai kesadaran, mendengarkan ajaran buddha dan menjaga tempat ajaran tersebut dibabarkan dan untuk melepaskan umat dari penderitaan.
Ragaraja, yang terletak di sisi kiri tengah tulisan tertulis dalam huruf sansekerta, melambangkan prinsip hawa nafsu adalah kesadaran (bonno soku bodai).
Acala, yang juga tertulis dalam aksara sansekerta dan terletak di sisi kanan tengah, melambangkan prinsip penderitaan hidup mati adalah nirvana (syoji soku nehan).
Tulisan “Barang siapa yang menyumbang, rejekinya akan melebihi sepuluh gelar buddha” dan tulisan “Barang siapa yang memfitnah kepalanya akan terpecah menjadi tujuh” menggambarkan agungnya karunia kebajikan yang terkandung dalam gohonzon.
“Kepala terpecah menjadi tujuh” bagi mereka yang memfitnah gohonzon tidak hanya dapat berarti secara harfiah, akan tetapi mengandung arti orang tersebut tidak lagi mempunyai prajna. Hilangnya prajna tersebut bukanlah karena hukuman yang diberikan oleh gohonzon, melainkan berasal dari pemfitnahan dharma yang dilakukan oleh orang itu sendiri.
Tulisan boddhisatva Nagarjuna, mahaguru Tien Tai, Mahaguru Miao-lo dan Mahaguru Dengyo yang terletak di bagian bawah gohonzon melambangkan pewaris dharma sejati pada masa saddharma dan masa pratirupadharma.
Mahaboddhisatva Haciman dan Tensyo Daijin semula adalah dewa menurut mitologi Jepang yang telah dimasukkan menjadi dewa pelindung agama buddha. Mahaboddhisatva haciman dianggap berfungsi untuk meningkatkan kesuburan tanah tempat penduduk yang menganut hukum sakti, sedangkan tensyo daijin melambangkan perlindungan terhadap kemakmuran mereka yang menganut hukum sakti.
Tulisan “Selama 2230 tahun lebih sejak moksya-Nya sang buddha dalam seluruh alam semesta raya belum pernah ada mandala agung ini” menjelaskan bahwa gohonzon ini baru dapat diwujudkan pada awal masa akhir dharma yang kekal abadi.
Dalam surat perihal wajah sesungguhnya gohonzon, Nichiren Daishonin menulis, “Mandala agung ini sama sekali tidak dibuat sekehendak hati Nichiren sendiri, sesuai dengan stupa pusaka tathagata prabhutaratna, berkumpulnya buddha sakyamuni dan para buddha dari sepuluh penjuru sama persis seperti cetakan yang terukir pada balok kayunya. “Gohonzon kelihatannya datar, namun sesungguhnya keseluruhannya menunjukkan upacara stupa pusaka. Dalam upacara stupa pusaka tersebut buddha sakyamuni dan tathagata prabhutaratna duduk berdampingan menghadap peserta pesamuan yang duduk sesuai dengan tinggi rendahnya kedudukan mereka. Pada waktu berdoa di hadapan gohonzon kita juga berada dalam upacara stupa pusaka tersebut bersama dengan peserta pesamuan lainnya.
Keterangan:
Taishaku=Sakra Devanam Indra
Benzaiten=Sarasvati
Bonten=Brahma
Catur-maharaja-kayika
Jikokuten=Dhritarashtra
Bisyamonten=Vaishravana
Zojuten=Virudhaka
Komokuten=Virupaksha
Purwakadharma
Pratirupadharma
Pascimadharma
Aizen myoo=Ragaraja
Fudo myoo=Acala
Jogyo=Visishtakaritra
Muhengyo=Anantakaritra
Anryugyo=Supratishtikaritra
Fugen=Samantabadra
Yakuo=Baisyajaraja